17
Mar
11

PEMBIBITAN AYAM BURAS

PEMBIBITAN AYAM KAMPUNG

 

NUR HAFID, S.Pt, MM

PENDAHULUAN

 

Dunia perunggasan nasional dalam gejolak.  Demikianlah kalimat yang mungkin tepat untuk menggambarkan bagaimana situasi perunggasan kita saat ini yang seiring dengan krisis ekonomi yang tiada menentu.  Gejolak perunggasan –yang dalam hal ini adalah per-’ayam’-an, cukup rumit untuk ditelusuri bagai mengurai benang kusut.  Mulai fluktuasi harga broiler, produksi DOC yang (sekarang) kekurangan, harga pakan yang relatif tinggi, belum harmonisnya hubungan antara peternak kecil dan besar, dan berbagai permasalahan lainnya cukup membuat “resah” perekonomian nasional dan bikin “pusing” para penentu kebijaksanaan.

Namun, di tengah gejolak per-’ayam’-an itu, ada sekelompok ayam yang sepi dari hingar bingar tersebut.  Ia adalah ayam kampung.  Ya, ayam kampung memang sepi , adem ayem, seakan tidak terpengaruh oleh situasi yang  bergejolak di lingkungannya.  Ayam kampung sepi dari pembicaraan orang, sepi dari naiknya harga pakan, sepi dari sirkulasi pasar, sepi dari program ini dan itu, bahkan sepi juga dari sentuhan tangan para pengusaha.

Mengapa demikian?  Apakah ayam kampung itu “kesepian” dan “minder” sehingga tidak punya nyali untuk tampil di kancah perunggasan?  Atau karena atribut “kampung” membuatnya sepi dari “peredaran”.  Tapi bukankah pemerintah juga sudah menaikkan “derajat”-nya dengan mengganti nama menjadi ayam buras (bukan ras).  Tokh ayam ini belum juga sempat dilirik oleh para pelaku usaha peternakan, apa lagi untuk dibudidayakan secara besar-besaran.

Banyak kalangan baik itu pengamat, praktisi, maupun peneliti yang mengemukakan bahwa sebenarnya ayam kampung itu cukup potensial untuk bersaing di kancah perunggasan.  Beberapa diantaranya adalah melalui intensifikasi pemeliharaan.  Jadi sistem pemeliharaan yang selama ini hanya ‘sekedarnya’ harus dirubah menjadi lebih ‘moderen’.  Akan tetapi perlu juga kita akui bahwa ayam kampung masih memiliki permasalahan yang membuatnya belum dijadikan pilihan usaha peternakan.

Perbaikan sistem melalui pola intensifikasi pemeliharaan merupakan cara atau pilihan yang telah cukup banyak dilakukan oleh peternak (kecil).  Hasilnyapun agaknya tidak mengecewakan, yaitu dapat meningkatkan pendapatan peternak melalui cara ini.  Akan tetapi nilai tukar produk ayam kampung masih diuntungkan oleh adanya anggapan-anggapan tradisi, seperti: telur ayam kampung memiliki khasiat tertentu yang tidak dimiliki oleh telur ayam ras, rasa dagingnya yang lebih enak, dan lain-lain angapan sejenis.  Bukan berarti angapan-anggapan tersebut salah atau perlu disalahkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa gejolak permintaan para konsumen itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor ekonomis.  Kalau dibandingkan dengan harga produk-produk ayam ras, memang lebih mahal.  Juga bagi produsen, ia akan memilih komoditas yang efisien dari segi pemeliharaan.

PEMILIHAN CALON INDUK

Sebagai calon induk betina harus dipilih karena akan digunakan untuk menghasilkan telur tetas yang akan menurunkan anak yang berkualitas. Persyaratan calon induk adalah sebagai berikut :

–       Calon induk dipilih dari induk yang sudah pernah bertelur minimal 3 kali, karena induk yang baru bertelur 1 kali akan mempunyai daya tetas yang rendah.

–       Penampilan prima, badannya langsing tetapi bagian perut tampak seperti kantung yang berat

–       Prilakunya lincah dan tidak mempunyai sifat kanibal

–       Kemampuan produksi telur baik

–       Kakinya segar dan tidak kering

–       Rongga perut diantara tulang dada dan tulang supit berjarak 4-5 jari (menandakan ayam banyak menyimpan calon telur)

Induk yang akan menghasilkan telur tetas sebaiknya berumur lebih dari 6 bulan, dimana induk ini akan produktif dan menghasilkan telur tetas sampai umur 2 tahun. Setelah usia 2 tahun, daya tetas telur akan menurun karena kerabang telur akan menjadi tebal.

PEMILIHAN PEJANTAN

Calon pejantan yang akan digunakan untuk pemacek , hendaknya dipilih dari kumpulan indifidu yang pertumbuhannya pesat. Berikut persyaratan calon pejantan yang baik :

–       Anatomi tubuhnya bagus dan tidak memiliki bagian tubuh yang cacat

–       Penampilan egar, gagah, kokoh dan tidak terlalu gemuk

–       Sifatnya agresif, lincah, banyak gerak (ketika dipegang seolah-olah ayam akan berontak)

–       Matanya bersinar cerah

–       Bulu badan bagus, cantik dan mengkilat

–       Sayap kuat dan berbulu rapi

–       Kakinya kokoh, tegar, kuat dan bersisik teratur

Pejantan hendaknya dikawinkan pada umur lebih dari 8 bulan dan dapat dunakan sebagai pemacek sampai umur 3 tahun

 

PERKAWINAN

Kandang Untuk Perkawinan

Beberapa peternak membuat kandang untuk perkawinan dikandang ren atau kandang litter secara koloni. Dari perkawinan secara berkelompok tersebut diharapkan ayam bisa menghasilkan telur tetas yang bermutu bagus dan mempunyai daya tetas tinggi serta bibit yang bermutu prima.

Kandang litter ukuran 10 meter persegi dapat diisi sekitar 10 – 12 ekor ayam, dimana dari luas tersebut dibagi 2 bagian. Satu bagian untuk tempat tidur dan bertelur sedangkan satu bagian untuk umbaran. Bentuk bangunan kandang banyak pilihan, prinsipnya harus ada kandang untuk berteduh (beratap) dan sirkulasi udara diatur dengan baik. Sedangkan umbaran bisa tidak beratap diberi pagar keliling agar ayam dapat bergerak leluasa dan memperoleh sinar matahari penuh setiap hari.

Ada beberapa cara untuk mengawinkan ayam Buras, tapi secara umum perkawinan ayam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perkawinan tunggal dan perkawinan ganda.

  1. Perkawinan Tunggal

Perkawinan tunggal dilakukan, seekor pejantan pemacek dijodohkan dengan satu ekor betina atau sekelompok betina. Pejantan hanya satu sehigga betina tidak bisa memilih jantan. Hasil perkawinan ini akan terarah karena garis keturunannya jelas.

Perkawinan secara tunggal ini akan sangat penting dalam proses breeding karena memungkinkan peternak mendapatkan bibit sesuai dengan yang dikehendaki. Perbandingan antara jantan dan betina pada perkawinan tunggal bisa 1 :1,  1 : 2,  1 : 5,   1 : 6, sesuai dengan jumlah jantan dan betina yang dimiliki, dan maksimal adalah 1 : 10 ekor.

  1. Perkawinan Ganda

Dalam perkawinan ganda, pejantan yang digunakan sebagai pemacek lebih dari satu ekor, misalnya 2 ekor pejantan digunakan untuk mengawini 5 – 10 ekor betina. Kelemahan dari perkawinan model ini adalah sulit untuk mengetahui darah yang mengalir pada anak ayam hasil keturunannya secara individu. Keuntungannya, telur tetas yang dihasilkan jarang yang infertil (kosong) dan betina dapat memilih jantan yang dikehendaki.

Dalam perkawinan ayam, induk betinadapat dikawinkan satu kali dalam seminggu untuk menjaga agar daya tetas telur tetap baik

MENETASKAN TELUR AYAM

Pada materi ini akan dibahas tentang penetasan telur secara buatan (incubator) dengan menggunakan mesin tetas. Model mesin  tetas sangat banyak, akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah bukan modelnya akan tetapi hasil tetasnya tinggi.

Telur yang akan ditetaskan harus dipastikan memang telur tetas, yaitu telur-telur ayam yang dihasilkan dari induk yang sehat dan dibuai (dikawini) oleh pejantan yang baik. Untuk mendapatkan telur telur yang bagus untuk di tetaskan harus   di yakini bahwa telut telur tersebut berasal dari induk induk ayam yang memenuhi syarat sebagai induk yang baik seperti:

–       Telah di Vaksinasi secara lengkap (ND, AI dsb)

–       Sehat

–       Mempunyai postur dan bentuk badan yang baik

–       Berasal dari galur murni

  1. Seleksi Telur Tetas

Kriteria telur tetas yang layak adalah sebagai berikut :

–       Bobot telur 39 – 43 gram per butir

–       Bentuk telur normal, ukuran lebar ¾ kali panjangnya

–       Ketebalan kerabang telur sedang

–       Permukaan kerabang rata, halus dan bersih

–       Umur telur belum lewat 7 hari setelah keluar dari tubuh induk

Sebelum ditetaskan, telur dikumpulkan ditempat penyimpanan, telur diletakkan diruang yang cukup cahaya dan sirkulasi udara baik. Kelembapan ruang penyimpanan sekitar 60% dengan suhu sekitar 20 oC. Ditempat penyimpanan telur tetas disusun dalam wadah (egg tray) dengan posisi yang lancip dibawah. Ini diperlukan agar ruang udara di dalam telur tudak rusak.

  1. Memasukkan dalam mesin tetas

Sebelum dimasukkan dalam mesin tetas, terlebih dahulu telur satu persatu dilap permukaan kerabangnya dengan menggunakan larutan desinfektan sebagai upaya sanitasi. Larutan desinfektan diperoleh dengan mencampur 1 cc desinfektan dengan ¼ liter air hangat.

Setelah telur selesai dibersihkan, telur tetas dimasukkan dalam mesin tetas yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Posisi melatakkan telur di mesi tetas adalah ujung yang lancip diletakkan dibagian bawah menyentuh permukaan rak tetas. Penyusunan telur sebaiknya miring sekitar 40 o

  1. Suhu dan Kelembapan Ruang Mesin Tetas

Sebelum mesin tetas digunakan, suhu dalam ruangan mesin tetas sebaiknya diatur agar rata dan stabil. Selama proses penetasan berlangsung, suhu diatur antara 100 – 105 oF atau 38,3 – 40,6 oC . Mesin tetas harus dalam keadaan tertutup untuk menjaga pengaruh suhu dari luar. Pengaturan suhu harus diikuti dengan pengaturan kelembapan dan ventilasi udara yang baik.

Untuk menjaga kelembapan agar tetap stabil (60 – 70%), didasar kotak mesin tetas disediakan jambangan berisi air dingin. Air ini sangat diperlukan untuk menagtur kelembapan dalam ruang mesin tetas.

  1. Pengaturan Ventilasi dan Pemutaran Telur

Secara berkala, ventilasi harus terbuka beberapa menit agar terjadi pergantian udara segar diadalam ruang mesin tetas. Untuk itu, lubang ventilasi pada mesin tetas harus diatur sedemikian rupsa agar suplai udara segar terjamin. Ventilasi pada mesin tetas biasanya terletak diatas, ini dibuka mulai hari ke tiga sebesar ¼ dan secara berkala dilebarkan sampai telur menetas (21 hari).

Pemutaran telur mulai dilakukan 3 hari setelah didalam mesin tetas dan berakhir 3 hari sebelum telur menetas. Pemutaran telur dilakukan untuk menjaga agar panas menyebar secara merata dan telur tidak mengering pada satu sisi. Serta mencegah embrio melekat pada kulit.  Pemutaran dilakukan 3 – 5 kali sehari dengan interval yang sama.

Mulai hari ke empat dilakukan pendinginan telur ketika siang hari bersamaan dengan pemutaran telur. Pendinginan berlangsung selama 10 – 15 menit setiap hari. Pendinginan dilakukan dengan membuka mesin tetas bersamaan dengan pemutaran telur.

  1. Candling (peneropongan telur )

Peneropongan dilakukan dengan menggunakan gulungan kertas dan sinar matahari atau alat candlng berupa lampu 60 watt. Satu persatu telur diteropong untuk menentukan fertilitasnya. Peneropongan telur telur dilakukan 3 kali yaitu:

  1. Pada hari ke 5 -7 hari untuk menentukan fertilitas dan sekaligus mengeluarkan telur yang infertil. Telur yang infertil, tampak bening karena tidak ada pertumbuhan embrio didalamnya. Telur yang fertil akan tampak titik hitam yang bergerak dan tampak adanya pembuluh darah.
  2. Dilakukan pada hari ke 13, untuk melihat perkembangan embrio
  3. Pada hari ke 17 untuk memeriksa ulang jika masih ada telur yang embrionya mati.

Telur yang mati harus dikeluarkan agar tidak menjadi sumber pencemaran telur yang lain. Sebab telur yang mati akan mengeluarkan CO2 dan ammoniak yang dapat mengganggu perkembangan embrio hidup.

Pada hari ke 20 dan 21 kulit telur mulai pecah dibagian atas, kemudian anak-anak ayam mulai bermunculan, keluar dari cangkang telur. Pada kondisi ini mesin tetas jangan terlalu sering dibuka dan ditutup, karena akan menganggu anak ayam yang baru menetas. Setelah anak ayam bulunya kering, maka segera dikeluarkan dan dimasukkan kedalam box induk buatan yang bersuhu sekitar 95 oF atau 35 oC.

PAKAN AYAM KAMPUNG

Pakan merupakan komponen yang penting dalam pemeliharaan ayam, dan mempunyai komponen biaya yang paling tinggi, yaitu sekitar 70% dari total biaya produksi. Sehingga peternak harus dapat menekan biaya pakan serendah-rendahnya dengan tanpa mengurangi mutu dan nilai gizinya.

  1. Kebutuhan nutrisi ayam umur 0 – 1 bulan

Pada fase awal ini, ayam kampung membutuhkan pakan yang bergizi baik, dan membutuhkan pakan dengan protein sekitar 22 – 24 %, karbohidrat 40 – 45 %, lemak 3-4%, serat kasar 5 – 6%, Mineral 1,25%, vitamin 0,5% dan Energi 2.500 Kkal/Kg. Pada umur ini dianjurkan menggunakan pakan pabriikan yang berbentuk tepung halus. Air minum sebaiknya ditambah vitamin atau antibiotik agar kesehatan anak ayam terjaga.

  1. Kebutuhan nutrisi ayam umur 1 – 2 bulan

Pada fase ini ayam membutuhkan pakan dengan kandungan protein sekitar 18 – 19 %, karbohidrat 40 – 45 %, lemak 3-4%, serat kasar 4 – 6%, Mineral 1,25%, vitamin 0,5% dan Energi 2.500 Kkal/Kg. Pakan berbentuk tepung kasar mulai dapat diberikan. Untuk menekan biaya pakan dapat digunakan pakan oplosan berupa 45% jagung giling +  35% bekatul dan 20% konsentrat (kandungan prot 35-37%) ditambah mineral. Pada fase ini kebutuhan pakan antara 25 – 45 g/hari.

  1. Kebtuhan nutrisi ayam umur 2 – 3,5 bulan

Pada fase ini ayam kampung sudah memasuki awal remaja. Pakannya membutuhkan kadar protein sekitar 16 – 17 %, karbohidrat 43 – 47 %, lemak 5-7%, serat kasar 5 – 7%, Mineral 1,25%, vitamin 0,5% dan Energi 2.500 Kkal/Kg. Pakan oplosan yang dapat digunakan terdiri dari 40% jagung + 45% bekatul dan 15% konsentrat dan ditambah 0,5 Kg mineral. Kebutuhan pakan pada fase ini sekitar 45 – 60 g / hari. Pada fase ini dapa ditambahkan pakan hijauan (sayuran) sebanyak 20% dari total pakan.

  1. Kebutuhan nutrisi ayam umur 3,5 – 5,5 bulan

Pada umur ini, ayam akan memasuki masa remaja dan menjelang bertelur. Pakannya membutuhkan ransum yang memunyai kandungan protein sekitar  14 – 16 %, karbohidrat 45 – 50 %, lemak 7-8%, serat kasar 5 – 9%, Mineral 1,25%, vitamin 0,5% dan Energi 2.850 Kkal/Kg, Campuran pakan yang dapat digunakan adalah 40% jagung + 35% bekatul dan 25% konsentrat (dengan kadar protein 30-33%) dan ditambah 2 Kg mineral. Kebutuhan konsumsi pakan ayam umur ini adalah sekitar 60 – 80 g / hari.

  1. Kebutuhan nutrisi ayam umur 5,5 bulan keatas

Pada umur ini ayam sudah mulai bertelur dan memasuku fase dara. Pakan yang diberikan mengandung  protein sekitar  15 – 16 %, karbohidrat 45 – 50 %, lemak 7-8%, serat kasar 5 – 9%, Mineral 1,25%, vitamin 0,5% dan Energi 2.400 – 2.500 Kkal/Kg, Ca 3,5% dan P 0,55%. Formulasi pakan yang diberikan bisa menggunakan campuran 45 % jagung + 25 % bekatul + 30% konsentra (kandungan protein 30%) dan ditambah 3% mineral.

MENGHITUNG KANDUNGAN GIZI PAKAN

Dalam mengoplos pakan , hal yang harus diperhatikan adalah kandungan protein pakan. Untuk dapat mengetahui kandungan ransum maka terlebih dahulu harus mengetahui kandungan berbagai bahan pakan yang digunakan untuk mencampur pakan ayam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebagai contoh dapat disajikan sebagai berikut :

Kandungan campuran pakan adalah sebagai berikut :

Nama Bahan Kandungan Gizi (%)
  Prot KH Lemak
Jagung 9,64 68,80 3,69
Bekatul 15,88 43,80 8,20
Konsentrat 37 45,24 8,08
  1. Penghitungan kandungan Protein dalam campuran

Jagung        =   9,64 %     x    50%      = 4,87%

Bekatul        =   15,88%    x     25%     =  3,99%

Konsentrat   =  37 %    x    25 %          = 9,25%

Jumlah protein                                        16,10 %

  1. Perhitungan Kandungan karbohidrat

Jagung        =   68,80 %     x    50%      = 34,40%

Bekatul        =   43,80%    x     25%     =  10,95%

Konsentrat   =  45,24 %    x    25 %     = 11,31%

Jumlah Karbohidrat                                56,66 %

  1. Perhitungan Kandungan Lemak

Jagung        =   3,69 %     x    50%      = 1,85%

Bekatul        =   8,20%    x     25%     =  2,05%

Konsentrat   =  8,08 %    x    25 %     = 2,02%

Jumlah protein                                        6,12 %

 

 


0 Tanggapan to “PEMBIBITAN AYAM BURAS”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar


Maret 2011
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031